Home / Berita Kegiatan / PENANDATANGANAN PERJANJIAN KERJA SAMA PERCEPATAN PEMENUHAN BAKU PEMBANDING MELALUI KOLABORASI ACADEMIC, BUSINESS, dan GOVERNMENT

PENANDATANGANAN PERJANJIAN KERJA SAMA PERCEPATAN PEMENUHAN BAKU PEMBANDING MELALUI KOLABORASI ACADEMIC, BUSINESS, dan GOVERNMENT

Sep 23, 2021

Saat ini, ketersediaan jenis dan jumlah baku pembanding secara nasional masih belum memadai. Baku pembanding untuk pengujian obat baru terpenuhi 60% dari baku pembanding yang dibutuhkan sesuai Formularium Nasional. Masalah serupa juga terjadi untuk pengujian narkotika psikotropika, obat tradisional, kosmetik, suplemen kesehatan dan pangan olahan. Keterbatasan jenis dan jumlah baku pembanding tersebut menyebabkan pengujian obat dan makanan menjadi tidak optimal, yang akan berdampak terhadap risiko dan jaminan pelindungan masyarakat terhadap keamanan dan mutu obat dan makanan yang beredar.

 

Menyikapi hal tersebut, Kepala Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional (PPPOMN) Mohamad Kashuri, S.Si., Apt., M. Farm mencetuskan aksi perubahan percepatan pemenuhan baku pembanding melalui kolaborasi Academic, Business, dan Government (Sikumbang ABG). Kolaborasi tersebut telah dilegalkan melalui Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Badan POM dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Institut Teknologi Bandung (ITB), PT Saraswanti Indo Genetech (PT SIG), dan PT Kalbe Farma Tbk yang ditandatangani pada 10 September 2021.

 

Acara penandatanganan PKS yang diselenggarakan di ruang rapat PPPOMN tersebut dihadiri oleh Dekan Sekolah Farmasi ITB, Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D.; Direktur Utama PT SIG, DR. IR. M. Edi Premono; dan perwakilan dari PT Kalbe Farma Tbk, Metty Sutanti. Sedangkan Kepala Kantor Pusat Riset Kimia BRIN, Dr. Yenny Meiliana, M.Si. menghadiri acara penandatanganan PKS secara daring melalui aplikasi zoom.

 

Ruang lingkup PKS terdiri dari (1) pengujian dan pengembangan laboratorium Baku Pembanding, (2) penelitian, pengkajian, dan pengembangan Baku Pembanding dan uji kolaborasi dalam rangka peningkatan pengawasan obat dan makanan di Indonesia, (3) penyelenggaraan kegiatan sosialisasi/pelatihan pengembangan Baku Pembanding, (4) pemanfaatan sarana dan prasarana untuk pengujian dan pengembangan Baku Pembanding, serta (5) pertukaran data dan/atau informasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

 

Program percepatan pemenuhan baku pembanding merupakan pekerjaan besar yang tidak bisa dikerjakan sendiri oleh Badan POM, melainkan memerlukan kerja sama yang baik dengan seluruh stakeholder. “Kami mengucapkan terima kasih kepada para pihak yang sudah bersedia menjadi kolaborator percepatan pemenuhan baku pembanding sesuai dengan peran masing-masing selama 2 bulan ini, yaitu sejak penggalangan komitmen, pelaksanaan pembuatan baku pembanding, dan pembuatan roadmap,” ungkap Mohamad Kashuri. “Semoga kerja sama ini dapat berjalan dengan lancar dan berkelanjutan ke depannya.” Harapnya.

 

Senada dengan Kepala PPPOMN, Dekan Sekolah Farmasi ITB memberikan apresiasi terhadap kerja sama lima institusi besar sebagai kolaborasi yang sangat penting dan berharap segera terealisasi dalam kerja nyata untuk menghasilkan baku pembanding sesuai kebutuhan. Sebagai akademisi, Ketut Adnyana menyadari bahwa riset membutuhkan baku pembanding yang pengadaannya perlu biaya besar, bahkan terkadang harus indent berbulan-bulan. Menurutnya, pemenuhan baku pembanding memang dibutuhkan cepat agar ide dan gagasan riset tidak menguap. ITB dengan sumber daya manusia akademisi memandang positif kerja sama ini untuk senantiasa melakukan perbaruan dan penerapan ilmu yang dikuasai. “Semoga kerja sama ini berjalan real, bukan hanya wacana tapi terwujud dengan aktivitas nyata untuk mengurangi ketergantungan terhadap baku pembanding impor, dan dapat berlanjut dengan kerja sama yang lain,” harapnya.

 

Tanggapan serupa juga disampaikan oleh Direktur Utama PT SIG yang merasa mendapat kehormatan, kepercayaan, dan kesempatan untuk ikut berkolaborasi dalam strategi percepatan pemenuhan baku pembanding melalui kerja sama Sikumbang ABG. “Kami mendukung kerja sama ini karena banyak manfaatnya. Kami mendapat ruang untuk saling membantu terkait pemenuhan baku pembanding karena beberapa baku pembanding langka dan sulit dijumpai di pasaran,” ungkap Edi Premono. Baku pembanding yang tertelusur dengan derajat kermurnian tinggi juga dibutuhkan untuk melakukan pengujian sesuai ISO 17025 serta menghasilkan metode analisis dengan limit deteksi rendah. “Dengan bergabung dalam kolaborasi ini, kami dapat meningkatkan pelayanan ke pelanggan dan masyarakat pada umumnya, sehingga PT SIG ke depannya berharap dapat terus ikut berkontribusi,” tutupnya.

 

PT Kalbe Farma Tbk. juga berterima kasih dan merasa terhormat diberikan kesempatan untuk berperan dalam kolaborasi ini, sehingga baku pembanding yang ada dapat termanfaatkan. Terlebih lagi karena PT Kalbe Farma Tbk. juga mendapat kesempatan untuk meningkatkan kompetensi SDM nya yang selama ini fokus pada pengujian sendiri. “Kami berterima kasih karena mendapat ilmu baru yang menjadi tolak ukur pengujian ke depannya. Sikumbang ABG merupakan solusi bagi industri farmasi yang mengalami kesulitan pengadaan baku pembanding dengan harga kompetitif. Apalagi jika ke depannya dapat diproduksi baku pembanding yang merupakan karya anak bangsa sehingga bemanfaat bagi negara serta meningkatkan daya saing produk dalam negeri serta mengurangi ketergantungan terhadap baku pembanding impor,” ungkap Metty Sutanti yang hadir mewakili PT Kalbe Farma. “Semoga kolaborasi ini berjalan lancar mencapai tujuan yang diiinginkan dan menjadi pilot project untuk kerja sama lain ke depannya,” harapnya.

 

Kepala Kantor Pusat Riset Kimia BRIN menyampaikan terima kasih kepada PPPOMN yang telah memberikan kesempatan kepada BRIN dalam kolaborasi ini. “Meskipun secara struktur organisasi, BRIN yang merupakan hasil penggabungan LIPI, BPPT, BATAN, dan LAPAN baru berdiri, BRIN berharap dapat berperan aktif dalam kegiatan kolaborasi” jelas Yenny Meiliana. “Semoga kolaborasi berjalan lancar dan implementasinya dapat segera dilaksanakan setelah penandatanganan,” Harapnya.

 

PKS yang ditandatangani bersama hari ini langsung diwujudkan dalam kolaborasi nyata untuk menghasilkan dua jenis baku pembanding obat Covid-19 yaitu Favipiravir dan Remdesivir, yang akan dihasilkan dalam waktu dekat. Dua baku pembanding tersebut sangat penting untuk memastikan keamanan dan efikasi kedua jenis obat Covid-19 yang digunakan di masa pandemi. “Upaya ini perlu diapresiasi. Bukan karena siapa yang berkolaborasi, melainkan bagaimana hasil kolaborasi tersebut dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan negara kita, Indonesia tercinta,” tegas Kepala PPPOMN.

 

“Semoga Sikumbang ABG berjalan semakin baik dan berkesinambungan di masa depan serta semakin banyak pihak yang bergabung dalam kolaborasi ini. Karena perubahan yang baik berawal dari kerja sama yang baik,” tutup Mohamad Kashuri. (Widi)

 

Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional

 

 

Hubungi Kami